6 cara mengendalikan hujan secara ilmiah tanpa sihir atau ritual

Setiap metode yang diberikan memiliki batasan kapasitas
efektivitas dan efisiensi masing-masing. Semua metode tidak selalu 100 persen
berhasil, tetapi diketahui memiliki probabilitas keberhasilan yang tinggi.
Namun, cara kerja alam tetap berada di luar kendali manusia. setidaknya kita
tahu bahwa di dunia ini telah ditemukan beberapa teknik yang sedikit banyak
dapat memanfaatkan kondisi lingkungan/cuaca.

1. Penyemaian awan dengan partikel mikroskopis

 

Penyemaian awan dilakukan dengan menyemprotkan partikel
mikroskopis berupa aluminium oksida dan perak iodida yang mempengaruhi proses
kondensasi, yang berperan sebagai inti es buatan. Nantinya, senyawa ini
memastikan kristal es bisa tumbuh. Kelemahannya, proses ini membutuhkan udara
ambien yang mengandung persentase tertentu dari uap air.

Metode ini dikembangkan oleh Dr. Bernard Vonnegut pada tahun
1971. Ia menemukan penggunaan perak iodida karena memiliki struktur kristal
yang serupa. Saat ini, penyemaian awan digunakan di seluruh dunia, termasuk
Amerika Serikat, Cina, India, dan Rusia.

2. Ionizers Uni Emirat Arab

 

Uni Emirat Arab memiliki tanah yang subur tetapi sedikit
curah hujan. Karena itu, Presiden Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan telah
bekerja keras selama bertahun-tahun untuk memanipulasi cuaca dengan angin Ionia
terbesar di dunia. Cara membuat ionizer raksasa yang dipasang di tiang baja
oleh perusahaan Swiss Metro Systems International.

Perangkat menciptakan medan ion besar: ion positif kembali
ke bumi, sementara ion negatif naik ke atmosfer. Saat mereka naik, ion negatif
mengumpulkan partikel debu. Titik-titik ini bertindak sebagai inti untuk
pembentukan perak iodida tetapi tidak memerlukan awan. Selama kelembapan masih
sekitar 30 persen, cara ini juga bisa dilakukan di bawah langit cerah.

3. Aksi udara bersih di Atlanta

 

Ketika Undang-Undang Udara Bersih mulai berlaku di Atlanta
pada tahun 1970, sedikit yang tahu bahwa dampak lingkungan langsung akan luar
biasa. Dalam lima tahun pertama setelah undang-undang itu disahkan, emisi partikel
kecil di bawah 10 mikron turun 40 persen di seluruh negeri. Selama dua dekade
berikutnya, rata-rata curah hujan Atlanta meningkat menjadi 10 persen dan tetap
sama.

Ternyata, penyebab utamanya adalah polusi udara dari
pabrik-pabrik Atlanta di tahun 50-an dan 60-an, yang membuat awan menjadi
kurang efisien. Ukuran partikel yang kecil pada awalnya sangat baik untuk
pembentukan awan, tetapi tetap baik untuk hujan.

4. China memiliki pesawat, roket, dan senjata ke udara untuk
melenyapkan potensi hujan

 

Pada saat Olimpiade 2018 dibuka, China memiliki 30 pesawat,
4.000 peluncur roket, dan 7.000 senjata antipesawat yang siap memadamkan hujan
yang mungkin turun. Namun, ia dapat menawarkan keuntungan dan kerugian dalam
hal konsekuensi ekologis dan patologis yang terjadi setelah sejumlah besar
iodida disemprotkan ke atmosfer.

5. Energi laser untuk menginduksi hujan dan badai

 

Seperti dilansir express.co.uk, para ilmuwan telah menemukan
cara aneh menggunakan sinar laser untuk mengatasi kekeringan di seluruh dunia.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan ide untuk menggunakan laser berenergi
tinggi untuk menginduksi hujan dan kilat.

Para ahli dari University of Central Florida dan University
of Arizona percaya mengembangkan sinar laser dapat mengaktifkan listrik statis
dan memicu hujan dan badai. Sama seperti ia bekerja ketika sebuah berkas
ditembakkan, ada berkas-berkas lain yang mengelilinginya yang bertindak sebagai
penyimpan energi. Fungsinya agar laser dapat terjaga dan tidak hilang.

6. Meriam hujan es

 

Pembuat anggur Prancis dan petani lain telah lama
menggunakan senjata hujan es di sana untuk mencoba menyelamatkan buah dari
kerusakan akibat badai. Setiap beberapa detik tembakan meriam di ruang bawah
tanah mengirim ledakan keras ke langit.

Pikirannya adalah bahwa gelombang kejut yang dihasilkan akan
memecah es sebelum mencapai dasar. Sayangnya, hanya ada sedikit bukti bahwa
meriam hujan es ini benar-benar berfungsi dan efektif.

Hingga saat ini masih banyak penelitian yang dilakukan untuk
menemukan cara pengendalian cuaca yang paling efektif. Mana yang menurut Anda
paling efektif sejauh ini?